Powered By Blogger

Rabu, 09 November 2011

KEMASAN BIODEGREDABLE SEBAGAI KEMASAN RAMAH LINGKUNGAN MASA DEPAN YANG MENJANJIKAN


KEMASAN BIODEGREDABLE SEBAGAI KEMASAN RAMAH LINGKUNGAN MASA DEPAN YANG MENJANJIKAN

            Isu pemanasan global (global warming) dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan menjadi hal yang sangat penting pada abad ini. Masyarakat menyadari bahwa eksplorasi lahan yang berlebihan serta masalah pencemaran tanah akibat sampah kemasan non biodegradable dapat mengganggu ekosistem alam di masa datang. Efek kemasan terhadap kesehatan manusia dapat terjadi secara langsung akibat material pembuatnya. Sebagai contoh monomer dari polystyrene (bahan pembuat steorofoam) masuk melalui pernafasan, meresap melalui kulit dan dapat menyebabkan efek mutagen serta karsinogenik. Selain efek langsung, kemasan sintetis juga berpengaruh terhadap lingkungan dan dampak interaksi kemasan dengan lingkungan berpengaruh pada manusia. Limbah kemasan sintetis biasanya ditangani dengan penimbunan yang akan menyebabkan pencemaran tanah sedangkan jika dilakukan pembakaran akan menghasilkan gas CO2 yang dapat meningkatkan pemanasan global. Hal ini merupakan peluang untuk membuat suatu kemasan yang tidak hanya sekedar aman, menarik tetapi juga bersifat biodegradable dan ramah lingkungan. Kemasan biodegradable merupakan kemasan yang dapat mengalami biodegradasi di tanah karena diuraikan oleh mikroba, (Tito,2009).
Plastik telah dikenal luas dalam kehidupan manusia. Berbagai barang kebutuhan hidup mulai barang-barang sederhana hingga barang-barang berteknologi terus meningkat menumbuhkan kekhawatiran mengenai dampak buruknya terhadap lingkungan. Awalnya sifat-sifat plastik yang ringan, praktis, ekonomis, dan tahan terhadap pengaruh lingkungan menjadi unggulan, sehingga plastik dapat digunakan untuk menggantikan bahan-bahan lain yang tidak tahan lama. Akan tetapi plastik juga banyak digunakan untuk barang sekali pakai sehingga sampah plastik semakin bertambah, sementara proses degradasi secara alamiah berlangsung sangat lama. Sebagai akibatnya sampah plastik menjadi masalah bagi lingkungan.

Data dari Kementrian Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa setiap individu menghasilkan rata-rata 0,8 kilogram sampah per hari. Sebanyak 15 persennya adalah plastik. Dengan asumsi 220 juta penduduk Indonesia, sampah plastik yang terbuang mencapai 26.500 ton per hari. Secara umum merupakan kemasan plastik non-biodegradable yang berasal dari sintesis minyak bumi. Plastik untuk kemasan merupakan plastik yang paling dominan digunakan dibandingkan penggunaan untuk sektor lainnya, sehingga sampah kemasan plastik menyumbang paling banyak limbah plastik.
Penggunaan plastik sintetik sebagai bahan pengemas memang memiliki berbagai keunggulan seperti mempunyai sifat mekanik dan barrier yang baik, harganya yang murah, dan kemudahannya dalam proses pembuatan dan aplikasinya. Plastik sintetik mempunyai kestabilan sifat fisika dan sifar kimia yang terlalu kuat sehingga plastik sangat sukar terdegradasi secara alami dan telah menimbulkan masalah dalam penanganan limbahnya. Permasalahan tersebut tidak dapat terselesaikan dengan pelarangan atau pengurangan penggunaan plastik.
Penanganan sampah plastik antara lain dilakukan dengan cara daur ulang, pembakaran (incineration), dan penguburan (landfill). Pembakaran sampah plastik menghasilkan zat-zat beracun yang berbahaya bagi makhluk hidup, sementara cara penguburan tidak efektif karena plastik sangat sulit terdegradasi. Cara daur ulang merupakan alternatif terbaik untuk menangani sampah plastik, tetapi cara ini memerlukan biaya yang tinggi dan hanya dapat mengatasi sebagian kecil sampah plastik sehingga masih menimbulkan pencemaran.
Adanya permasalahan di atas memerlukan solusi yang komprehensif mengenai kemasan yang sehat bagi tubuh dan sehat bagi lingkungan. Solusi yang dapat ditawarkan adalah penggunaan plastik biodegradable berbasis biopolimer. Biopolimer yang dianggap paling prospektif adalah poli asam laktat. Poli asam laktat memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya dapat dibuat menjadi kemasan sehat. Pengembangan poli asam laktat sebagai kemasan sehat dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan baku dari potensi lokal yang melimpah dan memenuhi syarat. Poli asam laktat adalah polimer dari sumber yang terbaharui dan berasal dari proses esterifikasi asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri dengan menggunakan substrat pati atau gula sederhana.
Dengan semakin sadarnya masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan untuk masa depan dan semakin terbukanya jalan untuk proses biopolimer, maka dapat dikatakan prospek kemasan berbasis biodegredable ini sangat menjanjikan demi lingkungan masa depan yang tetap terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar