KEMASAN
BIODEGREDABLE SEBAGAI KEMASAN RAMAH LINGKUNGAN MASA DEPAN YANG MENJANJIKAN
Isu
pemanasan global (global warming) dan
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan menjadi hal yang sangat
penting pada abad ini. Masyarakat menyadari bahwa eksplorasi lahan yang
berlebihan serta masalah pencemaran tanah akibat sampah kemasan non biodegradable dapat mengganggu
ekosistem alam di masa datang. Efek kemasan terhadap kesehatan manusia dapat
terjadi secara langsung akibat material pembuatnya. Sebagai contoh monomer dari
polystyrene (bahan pembuat steorofoam) masuk melalui pernafasan,
meresap melalui kulit dan dapat menyebabkan efek mutagen serta karsinogenik.
Selain efek langsung, kemasan sintetis juga berpengaruh terhadap lingkungan dan
dampak interaksi kemasan dengan lingkungan berpengaruh pada manusia. Limbah
kemasan sintetis biasanya ditangani dengan penimbunan yang akan menyebabkan
pencemaran tanah sedangkan jika dilakukan pembakaran akan menghasilkan gas CO2 yang
dapat meningkatkan pemanasan global. Hal ini merupakan peluang untuk membuat
suatu kemasan yang tidak hanya sekedar aman, menarik tetapi juga bersifat biodegradable dan ramah lingkungan. Kemasan biodegradable
merupakan kemasan yang dapat mengalami biodegradasi
di tanah karena diuraikan oleh mikroba, (Tito,2009).
Plastik telah dikenal luas dalam
kehidupan manusia. Berbagai barang kebutuhan hidup mulai barang-barang
sederhana hingga barang-barang berteknologi terus meningkat menumbuhkan
kekhawatiran mengenai dampak buruknya terhadap lingkungan. Awalnya sifat-sifat
plastik yang ringan, praktis, ekonomis, dan tahan terhadap pengaruh lingkungan
menjadi unggulan, sehingga plastik dapat digunakan untuk menggantikan
bahan-bahan lain yang tidak tahan lama. Akan tetapi plastik juga banyak
digunakan untuk barang sekali pakai sehingga sampah plastik semakin bertambah,
sementara proses degradasi secara alamiah berlangsung sangat lama. Sebagai
akibatnya sampah plastik menjadi masalah bagi lingkungan.
Data dari Kementrian Lingkungan Hidup
menunjukkan bahwa setiap individu menghasilkan rata-rata 0,8 kilogram sampah
per hari. Sebanyak 15 persennya adalah plastik. Dengan asumsi 220 juta penduduk
Indonesia, sampah plastik yang terbuang mencapai 26.500 ton per
hari. Secara umum merupakan kemasan plastik non-biodegradable yang berasal
dari sintesis minyak bumi. Plastik untuk kemasan merupakan plastik yang paling
dominan digunakan dibandingkan penggunaan untuk sektor lainnya, sehingga sampah
kemasan plastik menyumbang paling banyak limbah plastik.
Penggunaan plastik sintetik sebagai bahan pengemas
memang memiliki berbagai keunggulan seperti mempunyai sifat mekanik dan barrier
yang baik, harganya yang murah, dan kemudahannya dalam proses pembuatan dan
aplikasinya. Plastik sintetik mempunyai kestabilan sifat fisika dan sifar kimia
yang terlalu kuat sehingga plastik sangat sukar terdegradasi secara alami dan
telah menimbulkan masalah dalam penanganan limbahnya. Permasalahan tersebut
tidak dapat terselesaikan dengan pelarangan atau pengurangan penggunaan plastik.
Penanganan sampah plastik antara lain dilakukan
dengan cara daur ulang, pembakaran (incineration), dan penguburan (landfill).
Pembakaran sampah plastik menghasilkan zat-zat beracun yang berbahaya bagi
makhluk hidup, sementara cara penguburan tidak efektif karena plastik sangat
sulit terdegradasi. Cara daur ulang merupakan alternatif terbaik untuk
menangani sampah plastik, tetapi cara ini memerlukan biaya yang tinggi dan
hanya dapat mengatasi sebagian kecil sampah plastik sehingga masih menimbulkan
pencemaran.
Adanya permasalahan di atas memerlukan solusi yang
komprehensif mengenai kemasan yang sehat bagi tubuh dan sehat bagi lingkungan.
Solusi yang dapat ditawarkan adalah penggunaan plastik biodegradable berbasis biopolimer. Biopolimer yang dianggap paling
prospektif adalah poli asam laktat. Poli asam laktat memiliki beberapa
keunggulan yang membuatnya dapat dibuat menjadi kemasan sehat. Pengembangan
poli asam laktat sebagai kemasan sehat dapat dilakukan dengan memanfaatkan
bahan baku dari potensi lokal yang melimpah dan memenuhi syarat. Poli asam
laktat adalah polimer dari sumber yang terbaharui dan berasal dari proses
esterifikasi asam laktat yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh bakteri
dengan menggunakan substrat pati atau gula sederhana.
Dengan semakin sadarnya masyarakat
tentang pentingnya menjaga lingkungan untuk masa depan dan semakin terbukanya
jalan untuk proses biopolimer, maka
dapat dikatakan prospek kemasan berbasis biodegredable
ini sangat menjanjikan demi lingkungan masa depan yang tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar