I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyimpanan merupakan
salah satu faktor penting dalam penjagaan mutu suatu komoditi atau produk
setelah pemanenan atau produksi. Penyimpanan yang baik akan memperpanjang umur
simpan komoditi atau produk. Salah satu cara penyimpanan yang baik adalah tidak
menempatkan atau mencampur bahan-bahan yang akan menggangu mutu bahan-bahan
lainnya. Di dunia industri terkadang produk yang disimpan tidaklah satu macam
saja. Akan tetapi sering terjadi penumpukan beberapa jenis barang dalam satu
tempat penyimpanan. Alasannya tentu saja untuk menghemat tempat dan biaya
penyimpanan. Namun hal tersebut akan berakibat fatal apabila produk-produk yang
dicampur justru akan cepat rusak atau terpengaruh oleh produk lainny. Perubahan
bisa terjadi dari rasa, warna, dn aroma.
Dalam kondisi demikian
tentu saja harus diperhatikan komposisi pencampuran produk yang akan disimpan.
Penting untuk mengetahiui karakteristik produk-produk yang akan dicampur selama
penyimpanan. Pencampuran penyimpanan sebenarnya tidak selamanya berakibat
buruk. Ada beberapa produk yang justru semakin meningkatkan kualitas apabila
disimpan secara bersamaan. Sebelum penyimpanan campuran dilakukan, harus
terlebih dahulu dipertimbangkan efek samping yang ditimbulkan. Oleh karena itu
praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor apa saja yng mempengaruhi
kualitas produk yang disimpan dengan dicampur produk lain.
B.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mengetahui mutu suatu
produk selama penyimpanan campuran, mengetahui produk apa saja yang bisa
disimpan secara bersamaan dan produk apa saja yang harus dipisah selama
penyimpanan.
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
(Terlampir)
B.
Pembahasan
Salah satu penentu
kualitas dan mutu suatu produk sebelum sampai ke konsumen adalah penyimpanan. Penyimpanan
merupakan proses pascapanen yang dilakukan untuk mempertahankan mutu dan
kualitas adri komoditi atau produk sampai ketangan konsumen. Proses penyimpanan
yang baik akan menjaga mutu produk yang disimpan. Sebaliknya penyimpanan yang
buruk akan menurunkan mutu produk. Lama penyimpanan, jenis komoditi dan model
penyimpanan akan menentukan hasil dari penyimpanan kmoditi tersebut. Model
penyimpanan dapat dilakukan dengan penyimpanan komoditi yang seragam atau
penyimpanan komoditi yang beragam (Syarief dan Halid, 1993).
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai model penyimpanan komoditi yang beragam. Penyimpanan yang beragam atau penyimpanan campuran merupakan model penyimpanan pada komoditi atau produk dengan mencampur antara produk satu dengan yang lainnya. Proses penyimpanan campuran sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari produk atau komoditi tentang pengaruhnya terhadap komoditi lainnya. Oleh karena itu, pencampuran bahan dengan tepat tidak akan menyebabkan komoditi lainnya rusak (Syarief dan Halid, 1993).
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai model penyimpanan komoditi yang beragam. Penyimpanan yang beragam atau penyimpanan campuran merupakan model penyimpanan pada komoditi atau produk dengan mencampur antara produk satu dengan yang lainnya. Proses penyimpanan campuran sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari produk atau komoditi tentang pengaruhnya terhadap komoditi lainnya. Oleh karena itu, pencampuran bahan dengan tepat tidak akan menyebabkan komoditi lainnya rusak (Syarief dan Halid, 1993).
Praktikum ini dilakukan
proses penyimpanan secara campuran dengan bahan atau produk yang digunakan
yaitu tepung gula, biskuit, minuman beraroma dalam kemasan, sosis, dan keripik
buah. Kelima produk tersebut dilakukan kombinasi dengan setiap produk disatukan
sebanyak dua jenis.
Biskuit adalah produk
makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar
terigu, lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
tambahan lain yang di ijinkan (SNI. 01.2973.1992). Berdasarkan SNI yang ada
bahwa parameter utama dalam penyimpanan biskuit yang disimpan secara campuran
yaitu bau dan rasanya normal, tidak tengik, serta warnanya normal sesuai jenis
biskuit. pengemasan biskuit dengan menggunakan kemasan plastik atau stoples dan
disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat sehingga biskuit tetap dalam
kondisi bagus dan tahan lama. Menurut Kartika (1988) mutu biskuit ditinjau dari
aspek inderawi (subyektif). Penilaian mutu biskuit ditinjau dari aspek sifat karakteristik
bahan dengan menggunakan indera manusia meliputi beberapa hal yaitu : warna,
aroma, rasa dan tekstur.
Keripik pisang adalah
produk makanan ringan yang dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng dengan
atau tanpa bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Dilihat dari standar
mutu yang ada berdasarkan SNI 01-4315-1996 bahwa keripik pisang yang baik selam
penyimpanan yaitu jika dilihat dari organoleptiknya yaitu keadaan baunya
normal, rasanya khas pisang, warnanya normal, dan teksturnya renyah. Pengemasan
yang baik untuk keripik pisang yaitu produk dikemas dalam wadah yang tertutup
rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan
pengangkutan.
Penyimpanan produk akhir sebaiknya dilakukan di ruang yang
terpisah dengan ruang penyimpanan bahan baku. Bahan pengemas yang umum digunakan untuk kripik pisang adalah plastik polipropilen dengan ketebalan minimal 0,8 mm atau aluminium foil. Pengemasan produk yang berupa kripik sebaiknya menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum sealer). Ruang pengepakan usahakan mempunyai kelembaban udara (RH) yang rendah mengingat sifat keripik vakum ini higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang ber-AC. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan
terhadap penutupan kantong plastik (Anonim, 2010)
Penyimpanan produk akhir sebaiknya dilakukan di ruang yang
terpisah dengan ruang penyimpanan bahan baku. Bahan pengemas yang umum digunakan untuk kripik pisang adalah plastik polipropilen dengan ketebalan minimal 0,8 mm atau aluminium foil. Pengemasan produk yang berupa kripik sebaiknya menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum sealer). Ruang pengepakan usahakan mempunyai kelembaban udara (RH) yang rendah mengingat sifat keripik vakum ini higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang ber-AC. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan
terhadap penutupan kantong plastik (Anonim, 2010)
Sosis adalah daging lumat yang
dicampur dengan bumbu atau rempah-rempah kemudian dimasukkan dan dibentuk dalam
pembungkus atau casing. Bahan baku
utama pembuatan sosis antara lain daging, lemak, bahan pengikat, bahan pengisi,
air, garam dapur, dan bumbu (Anonim, 2007). Daging merupakan sumber protein
yang bertindak sebagai pengemulsi dalam lemak. Penambahan lemak berguna untuk
pembentukan tekstur sosis menjadi kompak dan empuk serta menambah rasa dan
aroma sosis. Penambahan bahan pengikat berfungsi untuk menarik air, memberi
warna khas, membentuk tekstur padat, dan menjaga stabilitas emulsi. Garam
berfungsi dalam menambah cita rasa, sebagai pengawet, dan untuk melarutkan
protein.
Teh adalah minuman yang mengandung
kafein, teofilin, dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat, dan protein
mendekati nol persen. Teh sendiri masuk dalam kelompok bahan penyegar dengan
bau yang khas. Pemanfaatan teh dapat dilakukan dengan penyeduhan daun, pucuk
daun, atau tangkai daun teh.
Pada proses penyimpanan campuran,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain jenis komoditi, bau
masing-masing komoditi, warna masing-masing komoditi, rasa, bahan baku komoditi,
dan lingkungan penyimpanan. Beberapa komoditi tidak bias disimpan secara
bersamaan dalam satu ruang. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan efek
kontaminan dari dan ke komoditi yang bersangkutan baik secara rasa, bau, warna,
atau bahkan tekstur. Tetapi ada beberapa
komoditi yang tahan tehadap efek kontaminan komoditi lain dalam penyimpanan
campuran. Komoditi tersebut biasanya bertekstur keras, padat, dan tidak
mengandung banyak air.
DAFTAR PUSTAKA
Syarief, Rizal dan Halid, hariyadi. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan.
Jakarta: Penerbit ARCAN.
Kartika, Bambang. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta :
UGM.
Sianturi, Rico 2000. Tekno Pangan dan Agroindustri. Bogor: IPB Press
Anonim. 2010. Keripik Pisang. http://bpp-cp.com/2010/04/09/kripik-pisang/
akses tanggal 9 Mei 2010..
SNI. 01.2973.1992. Mutu dan cara uji biskuit. Badan Standarisasi Nasional.
SNI 01-4315-1996. Keripik pisang. Badan Standarisasi Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar