Powered By Blogger

Sabtu, 22 Oktober 2011

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNTUK MENUJU MASA DEPAN AGROINDUTRI JAGUNG INDONESIA


Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian.
Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem) agribisnis yang memproses dan mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian (bahan makanan, kayu dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain.
Dari batasan diatas, agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi industri hulu sektor pertanian sampai dengan industri hilir. Industri hulu adalah industri yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sedangkan industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pascapanen dan pengolahan hasil pertanian.
Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan sektor pertanian yang tangguh, maju dan efisien sehingga mampu menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, harus ditunjang melalui pengembangan agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju serta efisien.
Berdasarkan pengertian serta lingkup agroindustri diatas, agroindustri dapat diharapkan menjadi subsektor industri yang strategis. Pengembangan agroindustri diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah hasil pertanian yang secara komparatif Indonesia merupakan penghasil utama komoditas pertanian penting.
Nilai strategis agroindustri juga terletak pada posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antara sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada sektor hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara tepat dan baik diharapkan dapat ditingkatkan; a) jumlah tenaga kerja, b) pendapatan petani, c) volume ekspor dan devisa yang diperoleh, d) pangsa pasar baik domestik maupun internasional, e) nilai tukar produk hasil pertanian, dan f) penyediaan bahan baku industri penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian. Dengan demikian dari aspek sosial ekonomi perkembangan agroindustri dan agribisnis diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan sebagian besar penduduk tersebut. Dalam pembangunan dan pengembangan agroindustri memasuki abad 21 ini tidak dapat dilepaskan dari globalisasi ekonomi dan perdagangan yang sedang melanda di Indonesia.
Dalam pengembangan agroindustri di tingkat perusahaan skala besar atau BUMN sebagaimana dicanangkan oleh pemerintah dirasa penting, artinya dijalin kemitraan dengan usaha dan kegiatan yang dilakukan industri kecil atau pedesaan. Industri kecil ini dapat berperan dalam penyediaan atau penanganan serta pengolahan awal dari bahan baku yang akan diolah oleh industri besar ( Mangunwidjaja, 1998 ). Sebagai contoh pada kasus minyak atsiri misalnya, maka penyediaan baku sampai pengolahan minyak atsiri dikerjakan oleh industri kecil. Minyak atsiri dari industri kecil atau pedesaan inilah yang kemudian diolah oleh perusahaan besar (BUMN, swasta ) dcngan teknologi yang lebih efisien untuk dihasilkan produk hilir bernilai tambah tinggi. Atau dapat dikembangkan untuk produk kimia-oleo (oleochemicals ) dengan bahan dasar yang sama.
Perkembangan iptek dan penerapannya di industri, menyebabkan batasan suatu ranah (domain) iptek mengalami pembaharuan dari masa ke masa. Demikian pula dengan teknologi proses yang pada awal tahun 1940-an senantiasa dihubungkan dengan proses kimiawi (Austin,1984). Dalam konteks tersebut teknologi proses diberi pengertian tentang tatacara berlandaskan ilmu pengetahuan untuk mengubah bahan secara kimiawi menjadi produk yang nilai ekonominya lebih tinggi. Oleh karena selain proses kimiawi, perlakuan fisik juga mampu meningkatkan nilai tambah suatu bahan, cakupan ini kemudian dipilahkan menjadi Satuan Operasi (Unit operation). Dengan demikian, teknologi proses diberi batasan tentang tatacara berlandaskan ilmu pengetahuan untuk mengubah secara kimiawi dan atau fisik secara komersial suatu bahan menjadi suatu produk.
Berdasarkan batasan tersebut, teknologi untuk agroindustri merupakan penerapan pengubahan (bio-kimiawi dan/atau fisik) pada hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Produk agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi atau digunakan oleh manusia ataupun produk yang merupakan bahan baku industri lain. Dalam tahapan proses, termasuk tahapan perlakuan/proses hulu (pasca panen), penyiapan, pengondisian, pemilihan, dan lain lain, serta proses hilir berupa pemisahan dan pemurnian produk.
Sebagai contoh industri pengolahan jagung di Indonesia. Secara harfiah tanaman jagung banyak manfaatnya untuk kehidupan manusia atau hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi.
Indonesia merupakan negara agraris. Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia, baik tanaman pangan seperti: padi, jagung, kedelai dan kacang-kacangan, ubi-ubian, maupun berbagai jenis tanaman holtikultura. Hasil pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri serta sebagai salah satu komoditas ekspor. Melimpahnya hasil pertanian Indonesia membuat Indonesia pernah menjadi negara berswasembada beras. Gelar tersebut diberikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
            Dewasa ini, seiring dengan berjalannya waktu yang diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk, menggantungkan hidup pada salah satu jenis makanan pokok dirasakan kurang tepat lagi. Seorang pakar mengatakan bahwa saat ini pertambahan jumlah penduduk sesuai dengan deret ukur (2,4,8,16, dan seterusnya), namun pertambahan jumlah tanaman pangan hanya berdasarkan deret hitung (1,2,3,4, dan seterusnya). Ini merupakan salah satu masalah serius bagi bangsaIndonesia.
            Sebagai salah satu tanaman yang “satu suku” dengan padi, jagung (Zea mays) termasuk bahan makanan pokok andalan Indonesia dengan kandungan gizi yang sebanding dengan beras. Di beberapa daerah seperti: Madura, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, jagung bahkan menjadi bahan makanan pokok.  Produk hasil pengolahan jagung tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan pokok. Jagung juga turut menjadi kebutuhan utama dalam peternakan, khususnya peternakan ayam. Porsi jagung pada pakan ayam mencapai 50% hingga 60%. Berkat kemajuan teknologi dan perkembangan selera masyarakat, jagung bahkan sudah “merambah” perindustrian baik itu industri minuman, makanan ringan seperti pop corn, hingga industri pembuatan biofuel atau bahan bakar biologis. Kebutuhan akan jagung yang meningkat pesat ini memberikan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman jagung untuk memenuhi kebutuhan manusia.
              Sebenarnya, tidak sulit bagi Indonesia untuk mengembangkan jagung sebagai basis agroindustri Indonesia. Mengapa demikian? Indonesia masih memiliki banyak lahan pertanian, terutama di luar Jawa, yang memungkinkan untuk diolah dan dikembangkan menjadi lahan pertanian jagung yang patut diperhitungkan.
              Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Republik Indonesia, provinsi yang menjadi sentra jagung di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Produktivitas jagung di Jawa Barat dan Sumatera Barat mencapai lebih dari 50 kuintal per hektar. Sedangkan produktivitas jagung di atas 40 kuintal per hektar terjadi di delapan provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Gorontalo, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Perkiraan luas panen jagung di provinsi sentra pada periode Januari hingga April 2009 mencapai 2.293.799 hektar, dan perkiraan produksi jagung di provinsi sentra periode yang sama mencapai 9.009.586 ton. Pada tahun 2009, Deptan memperkirakan total produksi jagung di Indonesia diharapkan mencapai 18 juta ton untuk memenuhi permintaan pabrik pengolahan jagung.
               Ada berbagai upaya untuk merealisasikan mimpi Indonesia tentang peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman jagung. Mengembangkan agroindustri jagung untuk menciptakan stabilitas pangan nasional dan stabilitas perekonomian bangsa. Diantaranya ; 1).Diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi pertanian jagung. Diversifikasi pertanian adalah upaya mengarahkan agroindustri jagung dengan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya tersebut. Diversifikasi juga bertujuan memperluas spektrum pembangunan pertanian dalam rangka pengembangan sistem agroindustri. Intensifikasi pertanian merupakan usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja dan sumber daya alam serta upaya peningkatan keunggulan daya saing dengan efisiensi penerapan IPTEK dan sarana produksi. Sedangkan Fatchurrozi dalam artikelnya yang berjudul Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pertanian Perspektif Islam menyebutkan bahwa intensifikasi pertanian ialah peningkatan produksi pertanian dengan optimalisasi pemakaian obat-obatan, penyebarluasan teknik-teknik modern di kalangan para petani dan membantu pengadaan benih serta budidayanya. Terkait hal tersebut, Badan Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah mengadakan berbagai penelitian dan menghasilkan jagung bervarietas unggul. Pengembangan varietas komposit yang toleran lahan masam seperti Sukmaraga dan tahan kekeringan seperti Lamuru dan Anoman-1. Ketiga varietas ini mempunyai potensi hasil 8,0 ton per hektar. Data dari tabloid Sinar Tani menyebutkan bahwa sampai saat ini, Balitsereal telah melepas varietas hibrida sebanyak enam varietas yang stoknya tersedia di Balitsereal. Keenam varietas ini mempunyai potensi hasil yang cukup tinggi dengan harga relatif lebih rendah. Varietas Bima-2 Bantimurung, Bima-3 Bantimurung, Bima-4, Bima-5, dan Bima-6 telah dilesensikan ke perusahaan swasta dalam negeri, sedangkan Bima-1 bekerja sama dengan kelompok tani atau pemda.
              Dalam hal pemupukan, saat ini pemupukan urea pada tingkat petani di beberapa tempat seperti di Gowa dan Takalar (Sulawesi Selatan) dan Kediri (Jawa Timur) sudah berlebih dan tidak efisien lagi, yaitu sekitar 750 kg per hektar. Balitsereal telah mengembangkan metode pemupukan urea yang dapat menghemat 30 - 50% pupuk urea serta mudah diterapkan petani, yaitu penggunaan Bagan Warna Daun (BWD). Prinsip penggunaan BWD adalah memberi nilai skala 2-5 dari penampilan warna kuning-hijaunya daun tanaman. Berbagai upaya ini masih perlu ditingkatkan seiring dengan cita-cita Indonesia menciptakan stabilitas pangan nasional melalui jagung. Intensifikasi pertanian secara maksimal tidak hanya akan meningkatkan jumlah panen jagung, melainkan juga memperbaiki mutu hasil panen tersebut. Ekstensifikasi pertanian dilakukan melalui peningkatan luas areal tanam atau luas lahan agroindustri. Sedangkan rehabilitasi sumber daya pertanian diarahkan untuk memulihkan produktivitas sumber daya alam dan prasarana pertanian.
Secara teori, keempat upaya tersebut bukan hal baru bagi kalangan petani Indonesia. Hanya saja, masih perlu dioptimalkan lagi dalam aplikasinya.
2) Inovasi produk baru hasil pengolahan jagung. Belasan tahun yang lalu masyarakat Indonesia hanya mengenal nasi jagung, jagung rebus, jagung bakar, dan berondong jagung sederhana, tidak demikian halnya sekarang. Perkembangan globalisasi yang didukung berbagai hasil penelitian tentang kandungan gizi yang terdapat dalam jagung membangkitkan “greget” penduduk untuk menciptakan inovasi baru produk hasil pertanian tanaman jagung. Pop corn yang kerap dinikmati sambil menonton film merupakan salah satu inovasi pengolahan produk jagung, pengembangan dari berondong jagung sederhana. Bahkan saat ini juga telah diciptakan produk baru yaitu mi jagung. Hampir sama dengan mi dari tepung terigu, mi jagung justru tidak perlu menggunakan zat pewarna sehingga keamanan konsumsinya terjaga. Akankah ditemui susu jagung atau bakso jagung? Salah satu manfaat inovasi produk baru hasil pengolahan jagung adalah meningkatkan harga jual jagung, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan penduduk. 3) Pengembangan bioteknologi dalam agroindustri jagung Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang sains menuntun masyarakat dunia menuju kehidupan yang lebih mudah dan lebih praktis dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pertanian. Ditemukannya teknologi rekayasa genetika sebagai salah satu cabang bioteknologi dalam bidang pertanian, ternyata mampu menghasilkan berbagai peningkatan. Pengadaan benih seperti yang sudah disampaikan, juga berkat adanya teknik rekayasa genetika.  Jagung RR adalah salah satu varietas jagung hasil bioteknologi. Jagung RR (Roundup Ready) adalah jagung hibrida yang
bersifat toleran terhadap herbisida glyphosate. Teknologi ini mempermudah pengendalian gulma sehingga mengurangi biaya pengolahan lahan. Ada pula jagung berprotein tinggi (QPM), yakni jagung yang memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan lebih tinggi dibandingkan jagung biasa. Asam amino lisin dan triptofan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak balita. Balitsereal telah melepas dua varietas yang kandungan asam aminonya dua kali lebih tinggi dibanding jagung biasa, yaitu: Srikandi Putih-1 dan Srikandi Kuning-1.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam bioteknologi pertanian adalah adanya kemungkinan terdapat zat penyebab alergi dalam tanaman tersebut. 4) Kesejahteraan petani jagung Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi tanaman jagung tentu tiada artinya jika tidak dibarengi dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani jagung. Hal ini bisa dimulai dengan menyeimbangkan harga jagung dari petani, distributor, hingga sampai ke tangan konsumen. Pemerintah memegang peran penting dalam pengendalian harga ini. Pengadaan subsidi pertanian juga perlu dilakukan untuk membantu petani memaksimalkan usahanya. Sebenarnya, ada lembaga atau badan yang selayaknya dapat membantu petani. Lembaga tersebut adalah koperasi petani. Bantuan diberikan dalam wujud modal awal serta pembelian bibit, pupuk, dan obat pemberantas hama dengan harga yang lebih murah di koperasi. Di samping itu, koperasi dapat menjadi “distributor terpercaya” atas hasil panen jagung. Melalui koperasi, kesejahteraan petani jagung akan meningkat. Pembangunan koperasi ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, petani, dan masyarakat umumnya. Meningkatnya kesejahteraan petani tentu akan meningkatkan pendapatan nasional Indonesia.
Tidak hanya sebagai bahan pangan pokok guna menjaga stabilitas pangan nasional, jagung juga diharapkan menjadi agen agroindustri yang mampu menjaga stabilitas perekonomian bangsa. Dan tidak hanya jagung, bahan pertanian lain juga diharapkan menjadi agen agroindustri yang juga mampu menjaga stabilitas pangan dan perekonomian bangsa melalui tangan-tangan dan pemikiran terlatih dari mahasiswa – mahasiswa Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar